Selasa, 24 Mei 2011

Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah untuk menulis dan menguraikannya sehingga makalah ini penulis beri judul " Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam ".

B.     Identifikasi Masalah
Setelah membaca latar belakang makalah ini, maka timbullah masalah yang teridentifikasi:
1.      Apakah prinsip-prinsip dan metode pengajaran diperlukan dalam mengajar pendidikan agama Islam?
2.      Apakah guru yang kreatif mempengaruhi cara belajar anak?

C.     Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1.      Prinsip-prinsip dan metode pengajaran dalam mengajar pendidikan agama Islam.
2.      Guru yang kreatif mempengaruhi cara belajar anak.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana deskripsi prinsip-prinsip dan metode pengajaran dalam mengajar pendidikan agama Islam?
2.      Bagaimana deskripsi guru yang kreatif mempengaruhi cara belajar anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prinsip-prinsip Mengajar
Prinsip guru, adalah asas atau aturan pokok, dimana seorang guru sebagai motifator untuk merangsang daya dorong pribadi siswa dalam melaksanakan sesuatu atau suatu jabatan karir, fungsional dan profesional yang berkompoten (cakap, mampu dan wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas.[1]
Mengingat tugas yang berat itu, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
·         Pengajaran hendaknya menarik minat
·         Partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar
·         Prinsip pengulangan
·         Perbedaan individu
·         Kematangan murid
·         Prinsip kegembiraan
·         Prinsip mengajar murid belajar
·         Ketersediaan alat-alat[2]
Guru yang menggunakan prinsip-prinsip tersebut mudah-mudahan guru dapat menetapkan pembelajaran yang sesuai sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari beberapa prinsip di atas, merupakan tugas pokok seorang guru yang profesional dan efektif sebagai pengajar. Untuk itu guru dituntut untuk memiliki seperangkat keterampilan teknik mengajar di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan, memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, masih ada prinsip-prinsip mengajar yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang efektif antara  lain :
1.      Konteks, artinya dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks, yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif. Adapun ciri-ciri konteks yang baik adalah sebagai berikut :
1.      Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan kuat
2.      Terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret
3.      Pengalaman konkret dan dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian yang bersifat sederhana sehingga pengalaman dapat ditiru untuk diulangi.
2.      Fokus, artinya belajar yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan disuatu fokus. Dengan demikian akan timbul organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadi proses penangkapan pengertian oleh siswa-siswa itu sendiri.
3.      Sosialisasi, artinya dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kelompok diskusi, mereka bertanggung jawab bersama dalam proses memecahkan masalah.
4.      Individualisasi
5.      Evaluasi[3]
Guru akan lebih efektif dan efesien dalam melakukan tugasnya, jika menerapkan prinsip-prinsip di atas dalam proses pembelajaran. Sebab timbulnya pertanyaan saran dan komentar mendorong mereka untuk bepikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektifitas belajar sebagian besar tergantung kepada kerangka sosial tempat belajar itu berlaku.
Jadi dari prinsip mengajar harus dimiliki oleh seorang guru yang efektif, sebab guru tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
B.     Ciri-ciri guru yang efektif
Pada pembahasan di atas telah dijelaskan prinsip-prinsip mengajar, maka pada pembahasan ini akan dibahas tentang ciri-ciri guru yang efektif dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
Dengan meninjau lebih dalam lagi, kita dapat melihat bahwa kecakapan serta pengetahuan dasar seorang guru yang efektif terletak dalam sedikitnya 4 (empat) ciri utama :
1.      guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan padanya.
2.      Guru harus  memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan.
3.      Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan. Sesungguhnya mengajar merupakan satu bentuk bimbingan dapat dilaksanakan oleh guru.
4.      Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru, mengenai ilmu yang diajarkan.[4]
Dari keempat ciri di atas harus dimiliki oleh seorang guru, sebab gurulah yang menjadi pembimbing dan penyuluh yang memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi dan keseimbangan mental di dalam mempelajari dan membangun sistim nilai dibutuhkan dalam masyarakat Indonesia.
Ciri guru dalam mengajar yang efektif tergantung pada keempat bidang yang telah disebutkan. Mengajar yang efektif tergantung pada corak pemaknaan yang penuh dari pengajar itu. Keempat ciri yang praktis itu salah satu tak dapat diabaikan, agar dapat mengorganisasikan proses mengajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai pemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektifitas maksimal, serta siswa mampu mendapatkan hasil terbaik dan otentik.
Cece Wijaya berpendapat bahwa guru yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki dan menguasai berbagai jenis pelajar, menguasai teori dan praktek kependidikan menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran.
2)      Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, dan guru harus memiliki keterampilan serta menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
3)      Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar,yakni harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar baik dalam kelas maupun di luar kelas.[5]
Jadi guru mempunyai tugas yang amat penting, sebab gurulah yang menanamkan adat istiadat yang baik dalam jiwa murid-murid, dan gurulah yang memasukkan pendidikan akhlaq dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Bahkan gurulah yang memberikan pendidikan kemasyarakatan dan cinta tanah air murid-murid.
Mengingat tugas dan tanggung jawab seorang guru yang begitu kompleksnya, maka guru yang efektif memiliki ciri khusus antara lain dikemukakan sebagai berikut:
1)      Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep-konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
2)      Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan pekerjaan atau bidang profesinya.
3)      Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4)      Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan
5)      Memungkinkan perkembangan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan[6]
Selain ciri-ciri  tersebut di atas, masih ada ciri-ciri guru yang efektif yang harus dipenuhi antara lain :
1.      Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2.      Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya maupun guru dengan siswanya
3.      Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya dalam masyarakat.
Atas dasar pernyataan tersebut jelaslah bahwa guru yang efektif dan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan, agar dapat mencapai tingkat pemahaman yang mendalam.
Guru memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara efektif antara guru dan siswa. Kepribadian guru menunjukkan perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, sosial dinamika, (reflektif serta berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Guru yang memiliki kepribadian dan sosial yang bertanggung jawab dalam uraian ini adalah :
1.      Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan)
2.      Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab
3.      Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah
4.      Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik
5.      Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya dan masyarakat
6.      Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai yang diyakininya
7.      Guru mampu  tampil baik dan berwibawa
8.      Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan produktif[7].
Tugas dan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan ciri-ciri guru yang efektif, sebagaimana yang dikutip oleh Nana Sajana mengemukakan bahwa ada empat ciri-ciri guru, yakni :
1.      Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tigkah laku siswa
2.      Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
3.      Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya.
4.      Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar[8]
Dari pendapat di atas, maka guru harus memiliki kemampuan yang dapat dibagi dalam tiga bidang, yaitu :
1.      memiliki kemampuan dalam bidang kognitif, artinya kemampuan dalam bidang intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan kemasyarakatan serta pengetahuan umum.
2.      memiliki kemampuan perilaku, artinya kemampuan guru dalam berbagi keterampilan dan berprilaku, yaitu keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menyusun perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.
3.      memiliki kemampuan perilaku, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan dan berperilaku, yaitu keterampilan mengajar, membimbing, menilai, atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.
Dari ketiga ciri yang harus dimiliki oleh seorang guru, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi. Sehigga guru dalam pelaksanaan tugasnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Selain dari ciri-ciri di atas, masih ada ciri-ciri guru yang efektif antara lain:
1.      Sikap positif sebagai dasar terhadap pengajaran yang efektif
a.       Guru sebaiknya memiliki sikap positif sebagai dasar terhadap pengajaran yang efektif, sebab guru dan sekolah mempunyai pengaruh positif yang penting pada siswa.
b.      Guru-guru cenderung menggunakan pujian dari pada kritik
c.       Guru yang efektif berkemampuan tinggi cenderung bersifat fleksibel.
2.      Penggunaan waktu
a)      Guru yang memiliki kemampuan tinggi menggunakan waktu secara efektif.
b)      Pemindahan dari waktu kewaktu sesuai alokasi waktu dimanfaatkan oleh guru dan siswa secara efektif untuk mencapai tujuan.
c)      Motivasi dan prestasi berkaitan dengan guru-guru yang efektif yang memanfaatkan waktu dengan  sebaik mungkin.
3.      Keterampilan berkomunikasi yang efektif
Ada empat aspek komunikasi yang efektif, yaitu penguasaan istilah, kata yang tepat, pembicaraan yang ada kaitannya dan penekanan.[9] Dari beberapa ciri guru di atas dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan utamanya dalam proses pembelajaran.
C.    Metode Pengajaran ala Rasulullah
Bagaimana beliau berinteraksi dengan anak-anak, memerintahkan mereka, melarang, bercanda, mendukung anak-anak, tersenyum, tidak marah-marah, tidak suka mencela, dan menanamkan akidah takdir secara aplikatif dalam diri mereka.
Berikut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu:
خَدِمْتُ النَّبِيَّ عَشْرَ سِنِيْنَ , وَ اللهِ , مَا قَالَ لِيْ اُفِّ قَطٌّ, وَلَا قَالَ لِشَيْءٍ : لِمَا فَعَلْتَ كَذَا, وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا.
Aku membantu Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah berkata kasar kepadaku. Tidak pernah beliau berkata, “Kenapa engkau melakukan demikian” atau “Kenapa tidak engkau lakukan demikian.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal:
Rasulullah saw., adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Aku jawab, “Demi Allah, aku tidak akan pergi.” Tetapi, dalam hatiku aku ingin pergi melaksanakan perintah Nabi Allah saw. Aku pun keluar melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Ternyata Rasulullah saw., sudah berdiri di belakangku dan memegang tengkukku. Aku melihat ke arah beliau dan beliau tertawa. Beliau bersabda, “Hai Unais, pergilah melaksanakan perintahku!” Aku jawab, “Ya, Aku pergi, wahai Rasulullah.” Demi Allah, aku menjadi pelayan beliau selama sembilan tahun, tidak pernah aku mendengar beliau mengatakan terhadap sesuatu yang aku lakukan, “Kenapa engkau melakukan demikian.” Tidak juga untuk sesuatu yang tidak aku lakukan, “Kenapa engkau tidak lakukan demikian.”
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Anas ra.:
خَدِمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِيْنَ, فَمَا اَمَرَنِيْ بِاَمْرٍ فَتَوَانَيْتَ عَنْهُ اَوْ ضَيَّعْتُهُ فَلَامَنِيْ, فَاِنْ لَامَنِيْ اَحَدٌ مِنْ اَهْلِ بَيْتِهِ اِلَّا قَالَ: دَعُوْهُ, فَلَوْقُدِّرَ, اَوْ قَالَ: لَوْ قُضِيَ اَنْ يَكُوْنَ كَانَ
Aku menjadi pembantu Nabi saw., selama sepuluh tahun. Tidaklah beliau memberiku perintah, lalu lama aku menegrjakannya, atau tidak aku kerjakan sama sekali, melainkan beliau tidak mencelaku. Apabila ada salah satu anggota keluarga beliau yang mencelaku, beliau bersabda, “Biarkanlah dia. Kalau dia mampu, pasti dilakukannya.”
Ini kalau menunjukkan sesuatu, maka menunjukkan perhatian Rasulullah saw., atas pembentukan akhlak dan perilaku anak-anak secara aplikatif dengan memberikan teladan kepada mereka. Anak-anak itu pun tumbuh dengan perilaku yang baik dan pribadi yang kuat di hadapan berbagai tantangan matrealisme yang telah menunggu dan siap menerkamnya dalam kenyataan hidup bermasyarakat. Mereka tidak melupakan akhlak islami di hadapan badai berbagai aliran sesat yang disusupkan oleh masyarakat jahiliyah dalam jiwa-jiwa yang beriman pada zaman modern ini.[10]

D. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Metode-metode mengajar yang dapat diterapkan dalam PBM Pendidikan Agama Islam, antara lain :
1.    Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyajian secara lisan terhadap materi pelajaran yang diberikan. Ceramah hendaknya dikombinasikan dengan metode lain, seperti diskusi, hapalan, tanya jawab, dll.
Langkah-langkah metode ceramah adalah :
a)      Mendifenisikan beberapa istilah
b)      Pembuatan bagian dan sub bagian yang dibicarakan
c)      Pembuatan ikhtisar
d)     Mengajukan dan memecahkan kesulitan siswa untuk dijelaskan oleh guru
2.    Metode Diskusi
Langkah-langkahnya :
a)      Penyajian; pengenalan terhadap masalah yang akan dimintakan pendapat, evaluasi dan pemecahan masalah oleh siswa
b)      Bimbingan; pengarahan guru selama diskusi kearah tujuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar