Dengan Rahmat dan hidayah Allah ,serta dorongan untuk menyukseskan
Program Pendidikan SMA, maka penyusunan makalah aL-Qur'an Hadist ini
dapat kami selesaikan .
Dengan
makalahini kalian d'beri bekal untuk menerapkan segala ilmu yg di pelajari melalui uraian materi .
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan , maka kami
mengharapkan adanya kritik dan saran ybersifat membangun demi perbaikan
dan penyampurnaan makalah berikut .
TG.REDEB-Berau,maret
2012
Nama Penyusun :
1)Hasnah Wati Jaiman
.
2)Rita Ramadaniah
.
3)Mardhatul rizki
.
4)Weni Puji Astutik .
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
...................................................................................................................
ii
Daftar
isi
.............................................................................................................................
iii
Mengingat
Nikmat Allah
......................................................................................................
1
Keutamaan
Bersyukur
.........................................................................................................
3
Mensyukuri Nikmat Allah .................................................................................................... 4
Dalil Bersyukur ................................................................................................................... 5
Akibat tidak bersyukur ....................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 7
Mensyukuri Nikmat Allah .................................................................................................... 4
Dalil Bersyukur ................................................................................................................... 5
Akibat tidak bersyukur ....................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 7
Mengingat Nikmat Allah
Seorang sufi yang sangat zuhud bernama Ukhtu Basyar al-Hafy bercerita:
“Suatu malan, datanglah saudaraku yang bernama Basyar ke rumahku. Ketika hendak masuk, tiba-tiba saja ia terdiam di depan pintu dengan satu kaki sudah masuk ke dalam rumah dan kaki yang lain masih berada di luar. Dia terus berada dalam keadaan seperti itu hingga pagi menjelang. Aku pun menanyainya, ‘Wahai saudaraku, apa gerangan yang menjadikan engkau terdiam begini?’ Jawabnya, ‘Tiba-tiba aku teringat orang-orang Nasrani, Yahudi, Majusi, dan diriku sendiri karena namaku adalah Basyar (orang/manusia, pent.). Lalu, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Apa sebenarnya yang menjadikan Allah mengkhususkan aku dari mereka sehingga bisa memeluk Islam? Aku mengingat semua kebaikan yang Dia anugerahkan kepadaku, dan aku bersyukur karena Dia memberiku hidayah untuk masuk Islam, dan Dia memakaikan padaku pakaian yang dipenuhi cinta kepada-Nya.’” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al Nihayah: X/311)
Karena itu, wahai Saudaraku, mulailah engkau mengingat seluruh nikmat dan anugerah yang telah Allah SWT limpahkan kepadamu sejak dilahirkan hingga hari ini. Dapatkah engkau menghitungnya? Kemudian, ingatlah pula nikmat yang Allah SWT berikan hingga engkau berada di dunia ini. Siapa yang bisa menghitung semua itu? Bacalah hadits berikut:
“Cintailah Allah, karena dia telah memberi kalian segala nikmat-Nya.” (HR. At-Tirmidzi)
Sesungguhnya tidak mungkin engkau bisa mencintai Allah SWT apabila engkau tidak bisa mengingat nikmat-nikmat yang Dia berikan kepadamu.
Wahai Saudaraku, tahukah engkau bahwa Allah SWT sangat mencintai para hamba-Nya dengan menyuruh mereka untuk beribadah? Dia membuat mereka mampu beribadah kepada-Nya, bukankah itu sebuah nikmat yang sangat besar dari-Nya? Allah SWT juga mempersiapkan mereka untuk malam Lailatul Qadar, dimana kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan, dan keburukan tetap dianggap satu keburukan. Bukankah ini sebuah nikmat yang sangat besar bagi manusia?
Karenanya, wahai Saudaraku, cintailah Allah SWT karena Dia mencintai kita. Cintailah Allah SWT karena kita membutuhkan-Nya.
Allah SWT telah memerintahkan seluruh malaikat untuk bersujud kepada Adam, dan mengusir Iblis dari neraka karena membangkan pada perintah-Nya. Sesungguhnya, hal itu juga merupakan salah satu bukti kecintaan Allah SWT yang besar kepada manusia.
Wahai Saudaraku, belum bisakah engkau mencintai-Nya?
Kini, cobalah engkau melihat ke sekelilingmu. Lihatlah contoh mereka dari kalangan non-Muslim. Engkau mungkin mengenal seorang tokoh yang bernama Gandhi. Seorang yang sangat terkenal dan diakui diseluruh dunia karena mempunyai keteguhan hati, cerdas, pandai, dan mampu mengungkapkan seluruh gagasannya. Namun begitu, tahukah engkau bahwa jika kebetulan ada seekor sapi lewat didekatnya, maka ia akan mengambil kotoran sapi tersebut lalu membalurkan ke seluruh tubuhnya. Subhanallah.
Bersyukurlah engkau kepada Allah SWT yang menjadikan dirimu seorang Muslim. Bersyukurlah kepada Allah SWT yang tidak menjadikan dirimu seperti Salman Al-Farisi, yang menghabiskan 20 tahun umurnya untuk mencari kebenaran. Bersyuklurlah kepada Allah SWT yang membangunkanmu di pagi hari dan menemukan bahwa pada kartu identitasmu masih tertulis, “Agama: Islam.”
Bayangkan, wahai Saudaraku, berapa jumlah penduduk dunia saat ini? Dari 6,5 milyar penduduk dunia, Allah SWT telah memilih dirimu menjadi salah satu dari 1,5 milyar umat Islam di seluruh dunia. Lihatlah, betapa besar nikmat yang telah Dia berikan. Kemudian, dari 1,5 milyar umat Islam tersebut, Allah SWT memilih engkau menjadi orang-orang yang taat menjalankan ibadah shalat dan selalu memakmurkan masjid. Dan begitu seterusnya. Allah SWT memilih engkau hingga menjadi hamba-Nya yang taat dan Dia cintai. Bukankah ini anugerah yang sangat besar?
Hal tersebut tertulis dalam firman-Nya:
“...tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu...” (QS. al-Hujuraat (49): 7)
Wahai Saudaraku, dengan melihat kenyataan seperti itu, masih belum bnisakah engkau mencintai-Nya sepenuh hati?
Sesungguhnya, Dialah yang memberikan kepadamu nikmat yang tidak terhitung banyaknya itu.
Ada baiknya engkau merenungkan haditz Rasulullah SAW yang diriwayatkan Anas bin Malik ra:
“Ada tiga syarat dimana seseorang dapat merasakan manisnya iman, yaitu: 1) Dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain; 2) Dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan 3) Dia tidak mau kembali pada kekafiran sebagaimana dia tidak mau dicampakkan ke dalam neraka.”
Lihatlah syarat pertama pada ayat diatas, jangan pernah engkau menyandingkan sesuatu atau seseorang melebihi Allah SWT dan Rasul-Nya dalam hal cinta, wahai Saudaraku. Karena jika engkau berbuat demikian, maka hal itu adalah suatu perbuatan yang tercela. Subhanallah.
Maka, hendaknya engkau selalu menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih engkau cintai dibanding yang lain, dan lebih mencintai apa yang dicintai Allah SWT dan rasul-Nya dibanding apa yang engkau cintai sendiri.
die *Indahnya Menjadi Kekasih Allah*
Amru Khalid
KEUTAMAAN BERSYUKUR
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur
dan ketinggian derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntun dan tiada habis-habisnya.
Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya.
Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai
makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah menjadikan syukur sebagai
tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau melakukannya
dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab
untuk menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang
memelihara nikmat-Nya. Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang mau
bersyukur adalah orang-orang yang dapat memanfaatkan tanda-tanda
kebesaran-Nya.
Allah memerintahkan untuk bersyukur pada beberapa ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:
وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“… dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-NahI: 114)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
“Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152)
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“… maka mintalah rezki itu di sisi Allaih dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.“ (Al-Ankabut: 17)
Allah menggantungkan tambahan nikmat dengan syukur. Dan tambahan
nikmat dari-Nya itu tiada batasnya, sebagaimana syukur kepada-Nya. Allah
berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Dengan bersyukur akan selalu ada tambahan nikmat. Ada peribahasa
mengatakan, ‘Jika kamu tidak melihat keadaanmu bertambah, maka
bersyukurlah.’
Allah mengabarkan bahwa yang menyembah Diri-Nya hanyalah orang yang
bersyukur pada-Nya. Dan siapa yang tidak mau bersyukur kepada-Nya
berarti ia bukan termasuk orang-orang yang mengabdi-Nya. Allah
berfirman:
وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“… dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar hanya kepada Allah saja kamu menyembah.” (Al-Baqarah: 172)
Allah mengabarkan keridhaan-Nya terletak pada mensyukuri-Nya. Allah berfirman:
وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“… dan jika kamu bersyukur niscaya Allah meridhai bagimu kesyukuranmu itu …” (Az-Zumar: 7)
Allah mengabarkan bahwa musuh-Nya iblis yang selalu berusaha menggoda
manusia agar tidak bersyukur, karena ia tahu kedudukan syukur sangat
tinggi dan nilainya sangat agung, seperti yang terungkap dalam
firman-Nya:
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ
أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“… kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’raaf: 17)
Allah membarengkan syukur dengan iman dan memberitahukan bahwa Dia
tidak punya keinginan sama sekali untuk menyiksa hamba-hamba-Nya yang
mau bersyukur dan beriman kepada-Nya. Allah berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.“
(An-Nisaa: 147) Artinya, kalau kalian mau bersyukur dan beriman yang
menjadi tujuan kalian diciptakan, maka buat apa Allah menyiksa kalian?
5 Landasan Bersyukur
Asal dan hakikat syukur ialah mengakui nikmat yang memberinya dengan
cara tunduk, patuh dan cinta kepadanya. Orang yang tidak mengenal bahkan
tidak mengetahui suatu nikmat ia jelas tidak bisa mensyukurinya.
Demikian juga dengan orang yang mengenal nikmat tetapi tidak mengenal
yang memberinya, ia tidak mensyukurinya. Orang yang mengenal nikmat
berikut yang memberikannya tetapi ia mengingkarinya berarti ia
mengkufurinya. Orang yang mengenal nikmat berikut yang memberikannya,
mau mengakui dan juga tidak mengingkarinya, tetapi ia tidak mau tunduk,
mencintai dan meridhai, berarti ia tidak mau mensyukurinya. Dan orang
yang mengenal nikmat berikut yang memberinya lalu ia mau tunduk,
mencintai dan meridhai serta menggunakan nikmat untuk melakukan
keta’atan kepadanya, maka ia adalah orang yang mensyukurinya.
Dengan demikian jelas bahwa syukur itu harus berdasarkan lima
landasan, yakni kepatuhan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri,
kecintaan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri, pengakuan orang
yang bersyukur atas nikmat yang disyukuri, sanjungan orang yang
bersyukur kepada yang disyukuri atas nikmatnya dan tidak menggunakan
nikmat itu untuk hal-hal yang tidak disukai oleh yang disyukuri. Kelima
hal itulah yang menjadi asas dan landasan syukur. Satu saja di antaranya
tidak ada maka salah satu kaidah syukur menjadi rusak.
Rujukan:
Fiqih Do’a Dan Dzikir, Syaikh Abdurrazak bin Abdul Muhsin al-Badr, Penerbit Darul
Falah
Mensyukuri Nikmat Allah
Cara pertama agar kita bisa menggapai hidup bahagia adalah menysukuri
nikmat-nikmat Allah yang telah mengguyur kita dari atas hingga ke bawah
telapak kaki kita. Kesehatan, Makanan, Minuman, Air, Matahari adalah
nikmat yang diberikan Allah kepada kita, apakah telah kita sadari?
Contoh
sederhana adalah betapa nikmat Allah berupa adanya Oksigen atau Zat
Asam yang kita hirup untuk tetap hidup. Sampai saat ini tidak perlu
dibeli.
Tapi sejauh ini kita tidak cukup cerdas untuk konsisten memahami betapa rasa syukur itulah yang akan membuat manusia menemukan cahaya illahi dalam kehidupannya.
Bagimana tidak! kualitas udara dari waktu ke waktu semakin buruk
karena ulah manusia seperti polusi udara, penebangan hutan dan berbagai
bentuk kerusakan yang disebabkan oleh keserakahan manusia.Daerah yang
semula berudara sejuk dan nyaman untuk ditempati karena terletak di
dataran tinggi, kini udaranya ketika siang hari nyaris tidak berbeda
dengan daerah dataran rendah atau tepian pantai yang panas.
Itulah yang mengantar kita menjadi kufur nikmat karenanya.
Untuk dapat mentasyakuri nikmat Allah, harus dilakukan dengan mentafakuri betapa besar kasih sayang
Allah. Hal-hal kecil dan besar yang mungkin luput dari pandangan kita
sebagai manusia dapat diingatkan untuk selalu disyukuri.
Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa cara :
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia yang lebih banyak lagi dariNYA
Bila masih ada Pertanyaan tentang adanya keraguan kita untuk tidak
mensyukuri nikmat Allah, baiknya anda berhenti sejenak dari kesibukan
dunia untuk menyadari segeralah bersyukur. Semoga Allah senantiasa
meridhoi langkah hidup kita semua. Amien
Dalil Bersyukur
“Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” QS. An Nahl : 18.
“Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. An Nahl : 83.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah ia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah), lagi yang mensyukuri
nikmat-nikmat Allah. Allah telah memeilihnya dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus.” QS. An Nahl : 120-121.
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik” kepada dua orang
ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kamu akan
kembali.” QS. Luqman : 14.
“Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak
membutuhkanmu dan Dia tidak meridhoi kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika
kamu bersyukur, Dia meridhoi kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa
tidak memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Robb-mulah kembalimu lalu
Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sungguh Dia Maha
Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada(mu).” QS. Az Zumar : 7.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik
yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada-Nyalah kamu menyembah.” QS. Al Baqarah : 172.
“Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” QS. Al Isra’ : 3.
“Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” QS. Al Isra’ : 3.
“Ya Robb-ku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku,
dan untuk mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridhoi. Dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh.” QS.
An Naml : 19.
“…Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersykur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba : 13.
“…Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?.” QS. Al An’am : 53.
“Kami akan memberikan balasan kepa orang-orang yang bersyukur.” QS. Ali Imron : 145.
“…Sesungguhnya jika kamu bersykur niscaya Aku akan menambah nikmat
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim : 7.
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersykur dan beriman? Dan
Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” QS. An Nisa : 147.
“…Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS.
Al Baqarah : 152.
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih (bersyukur) kepada Rabb-nya.” QS. Al ‘Aadiyat : 6.
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya kami menyediakan bagi
orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” QS.
Al Insaan : 3-4.
“Dan barangsiapa yang bersykur kepada Allah, maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpui.” QS. Luqman : 12.
“Dan keridhoan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.” QS. At Taubah : 72.
“Kemudian aku (iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan
dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan dari mereka yang bersyukur.” QS. Al A’raf : 17.
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda kekuasaan Allah ditempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang
dianugerahkan Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Negerimu adalah
negeri yang baik dan Rabb-mu adalah Rabb yang Maha Pengampun.” “Tetapi
mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang sangat
besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua buah kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsi dan sedikit dari
buah Sidr. Demikianlah kami memberikan balasan kepada mereka karena
kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu),
melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” QS. Saba’ :
15-17.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya
kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah
menghilangkan kemudharatan itu dari kamu, tiba-tiba sebagian dari kamu
mempersekutukan Rabb-nya dengan (yang lain)” QS. An Nahl : 53-54.
“Dan terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” QS. Ad Dhuha : 11.
“…Dan Allah menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin…” QS. Luqman : 20.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” QS. Ar Ruum : 41.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah
menjadi saksi.” QS. An Nisa : 79.
“…Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada
yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” QS. Al Ankabut : 67.
“Kecelakaan bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya.” QS. Al Humazah 1-3.
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta).” QS. Al Ma’arij :
24-25.
AKIBAT TIDAK BERSYUKUR
Yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Rumput tetangga kelihatan lebih hijau dari pada rumput di pekarangan sendiri.
Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu
ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya
diri, lebih kaya dan lebih beruntng dari pada saya. Karena senantiasa
membandingbandingkan muncullah perasaan salalu kurang. Wujud dari
perasaan itu tercermin dari roman muka dan perkataan. Muka masam raut
kusut, ucapan yang keluar hanya keluhan dan makian. Kalaupun tidak
mengeluh dia kan menyalahkan lingkungan atau memaki diri sendiri. Memaki
diri sendiri menimbulkan ketidak percayaan diri, tidak PD, alias
minder. Perasan tidak percaya diri sebelas dua belas dengan tidak
berdaya diri yang akhirnya menghina diri sendiri. Apalagi yang bisa
diharapkan dari orang semacam ini? Kepada dirinya sendiri dia tidak
hormat.
Rentetan
adzab selanjutnya yang diakibatkan oleh kufur atas nikmat yang
dimiliki diri sendiri adalah tertutupnya potensi-potensi yang baik dan
munculnya sifat-sifat jelek. Sikap membanding-bandingkan hal yang tak
pantas dibandingkan akan memunculkan pribadi hasad, iri dengki, dan
tidak pernah puas.
Memang,
patut diingat, ada hal-hal lain yang boleh bahkan harus
dibandingkan-bandingkan yaitu iman, ilmu dan amal shalih. Kepada ketiga
hal ini Anda tidak boleh kalah daripada kebanyakan orang lain.
subhanallah..
BalasHapusterima kasih, sangat bermanfaat.
BalasHapus