Berkat rahmat dan
hidayah dari tuhan yang maha esa serta dorongan untuk menyukseskan
perogram pendidikan di SMA/MAN maka penyusunan makalah Al-Qur'an Hadist
ini dapat kami selesaikan.
dalam makalah ini kami di beri bekal untuk dapat menerapkan segala ilmu yang di pelajari melalui uraian materi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan,maka kami
mengharapkan adanya keritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah
kami.
Tg.Redeb BERAU,Maret 2012
Nama keLompok
:
Raudah Multazam
Rini
andriyani
Sri ramadania
Daftar Isi
Kata
pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
Mengingat dan mensyukuri nikmat Allah
Mengingat nikmat allah,menjauhkan diri dari dosa .............................................1
Dalil mengingat nikmat allah...............................................................................2
Mensyukuri nikmat Allah...................................................................................3
Dalil mensyukuri nikmat
Allah............................................................................4
Cara mensyukuri nikmat Allah...........................................................................5
Keutamaan orang yang bersyukur.....................................................................6
Banyak
jalan untuk menuju surga Allah, dan tidak sedikit pula cara untuk
mendekatkan diri kepadanya. Salah satu di antara sekian banyak cara itu
adalah dengan mengingat sumber rizki dan segala karunia yang kita
rasakan. Mari kita bertanya kepada hati kecil kita masing-masing, siapa
kah pemberi rizki yang selama ini kita nikmati? Secara jujur, tentunya
kita akan menjawab, bahwa rizki dan karunia itu semuanya datang dari
Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rizki. Dengan mengingat bahwa
rizki itu dari Allah, maka akan muncul rasa malu untuk berbuat
kesalahan. Betapa tidak layaknya, ketika Allah selalu berbuat baik
kepada kita, sedangkan kita selalu melanggar aturanNya.
Sebenarnya,
Allah tidak butuh dengan ibadah kita, Allah tidak butuh dengan shalat
kita, puasa kita, zakat kita, haji kita dan segala amal ibadah kita.
Bahkan Allah juga tidak butuh dengan ucapan syukur kita. Mengapa? …
Allah Maha Kaya, Dia yang memiliki segalanya. Bahkan, sebenarnya kita
lah yang butuh kepada Allah, kita lah yang butuh untuk melakukan shalat,
melaksanakan puasa, mengeluarkan zakat dan melaksanakan haji dan semua
ibadah-ibadah yang lainnya. Kita lah yang butuh untuk bersyukur
kepadaNya. Karena Ibadah kita secara umum adalah bekal yang akan kita
bawa untuk perjalanan kita menuju jannah Allah.Namun walau pun demikian, bukan berarti kita bebas untuk tidak melakukan kewajiban dan bebas melakukan kesalahan. Di mana letak rasa keadilan kita dan di mana letak kewarasan kita, jika seseorang selalu berbuat baik kepada kita sedangkan kita tidak pernah berbuat baik kepadanya, bahkan kita balas dengan lemparan kotoran dan caci maki. Secara akal, orang yang bertindak demikian bisa dikatakan sebagai orang yang berpenyakit jiwa.
Mari kita belajar untuk menjauhi perbuatan dosa dengan menyimak pesan yang tersirat dalam percakapan antara Ibrahim bin Adham dan seorang laki-laki yang sering melakukan dosa.
Suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “ Aku adalah seorang hamba yang banyak berbuat dosa, karena itu, tolong nasehati aku”. Lalu Ibrahim menjawab, “Jika kamu berbuat kejahatan, dosa dan maksiat, maka janganlah kamu tinggal di bumi dan makan dari rizki Allah SWT”. Orang itu menjawab, “Kalau begitu, di mana aku harus tinggal dan dari mana aku makan? Semua yang ada di bumi ini adalah pemberian Allah SWT”. Ibrahim berkata, “Kalau begitu, pantaskah kamu berbuat maksiat kepada Allah sedangkan kamu hidup di bumiNya dan makan dari rizkiNya?”
Seorang hamba yang beriman, sejatinya akan selalu takut untuk melakukan perbuatan dosa, hatinya akan bergetar dan seketika merasa lemah ketika dihadapkan pada peluang untuk berbuat jahat. Dalam hal ini, Abu Atahiyah pernah memberikan sebuah tamsil yang patut kita jadikan guru dalam kehidupan, dia berkata “Sesungguhnya orang mukmin ketika melihat dosa-dosanya seakan-akan dia tersesat masuk ke dalam rimba belantara yang penuh dengan binatang buas, sehingga dia merasakan ketakutan yang luar biasa.”
Lain halnya dengan orang-orang yang kurang keimanannya kepada Allah, dosa dan maksiat adalah hal yang lazim dilakukan, tidak ada lagi terbersit di dalam hatinya perasaan bersalah ketika melakukan dosa, bahkan dia akan selalu mencari peluang melakukan dosa dan kesalahan. Abu Atahiyah kemudian melanjutkan tamsilnya, “Adapun orang-orang yang senang melakukan perbuatan maksiat, dosa dan durhaka kepada Allah, bagaikan seekor serigala lapar di padang pasir yang mencium bau bangkai.”
Ini lah kesalahan besar yang sering kita lakukan. Kita terkadang dengan mudahnya mempermainkan hukum Allah SWT, meremehkan ajaran islam, bangga dengan kejahatan, dan melakukan dosa dan kemaksiatan siang dan malam tanpa merasa malu kepada Yang Memberi Rizki.
Jika konsep ini kita bawa dan kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, maka pastilah kita akan menjadi Negara yang paling bersyukur dan taat kepada Allah. Karena betapa besarnya karunia Allah di bumi pertiwi ini, betapa Negara ini diberikan kesuburan tanah yang tiada bandingnya, kekayaan alam yang berlimpah, hasil tambang yang beraneka ragam dan kekayaan laut yang setiap hari diambil tidak ada habis-habisnya. Patut kah kita melakukan dosa di negeri ini, sedangkan Allah telah memberi kita karunia yang tiada terhingga? Mudah-mudahan kita semua tidak mau dikatakan sebagai orang yang berpenyakit jiwa.
DALIL MENGINGAT NIKMAT ALLAH
Wahai
Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku anugrahkan kepadamu, dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan
hanya kepada-Kulah kamu harus tunduk.
(QS Al Baqarah : 40)
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran diantaranya adalah :
Pelajaran Pertama :
Yang
dimaksud Bani Israil adalah anak keturunan Nabi Israil. Nabi Israil
adalah nama lain dari pada nabi Ya’qub. Nabi Ya’qub adalah anak dari
nabi Ishaq bin Ibrahim as.
Disana ada 5 nabi yang mempunyai nama lebih dari satu, mereka itu adalah:
- Nabi Muhammad saw mempunyai nama lain, yaitu Ahmad.
- Nabi Isa, as mempunyai nama lain, yaitu Al Masih.
- Nabi Ya’qub as mempunyai nama lain, yaitu Israil.
- Nabi Yunus as mempunyai nama lain, yaitu Dzun An Nun
- Nabi Ilyas as mempunyai nama lain, yaitu Dzul Kifli
Sedang Israil sendiri mempunyai banyak arti, diantaranya adalah :
- Isra adalah berasal dari bahasa Ibrani yang berarti hamba, sedang Il barrti Allah, maka arti dari Israil adalah : hamba Allah.
- Isra berarti pilihan , sedang Il adalah Allah, maka Israil berarti pilihan Allah
- Isra berarti perjalanan waktu malam, maka Israil berarti seseorang yang melakukan perjalan malam menuju kepada Allah swt.
Pelajaran Kedua :
Perintah
Allah kepada Bani Israil untuk selalu mengingat nikmat Allah kepada
mereka. Perintah tersebut mengandung beberapa pelajaran :
- Mengingat nikmat Allah, tidak harus dengan ucapan, tetapi yang lebih penting adalah mengingatnya dengan hati
- Banyak nikmat Allah yang telah dianugrahkan Allah kepada Bani Israil, diantaranya adalah :
- Diselamatkan dari kekejaman Fir’aun dan balatentaranya
- Banyak dari kalangan Bani Israil yang diangkat menjadi nabi Allah
- Diturunkan kepada mereka kitab-kitab suci
- Diturunkan kepada mereka Al Manna dan Salwa.
- Dipancarkan kepada mereka air dari sela-sela batu
- Diberitahukan kepada mereka di dalam Taurat bahwa akan datang utusan Allah yang terakhir yaitu nabi Muhammad saw.
- Nikmat yang diberikan kepada nenek moyang mereka, berarti nikmat mereka juga, karena mereka juga terangkat derajatnya dengan tinggi derajat nenek moyang mereka.
- Nikmat yang di dapat oleh Bani Israil semata-mata hanya karunia Allah swt, dengan dalil bahwa Allah berfirman : “ yang Aku anugrahkan kepadamu. “
Pelajaran Ketiga :
Sebagai
umat Islam, kita harus selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam,
karena Islam yang kita yakini adalah nikmat yang paling besar yang
diberikan Allah kepada kita. Allah berfirman :
“
Hari ini Aku lengkapi bagimu agamamu ( yaitu Islam ), dan Aku
sempurnakan bagimu akan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agamamu “(Qs Al Maidah : 3 )
Dalam
ayat di atas Allah menyebutkan sempurnanya nikmat setelah sempurnanya
agama ini, berarti nikmat yang paling sempurna adalah agama Islam ini.
Dan semua nikmat yang kita dapatkan dari Allah swt di dunia ini, belum
dikatakan sempurna sampai kita berpegang teguh pada ajaran agama Islam.
Pelajaran Keempat :
Oleh
karenanya, kita dianjurkan untuk bergembira dan bersyukur ketika bisa
melaksanakan salah satu dari ajaran Islam ini. Hal itu terlihat jelas
dari dua hari raya,yaitu Idul Fitri dan Idul Adha :
- Kita dianjurkan bersyukur dan bergembira ketika bisa melaksanakan ibadat puasa selama satu bulan penuh, makanya Allan menjadikan hari Idul Fitri, sebagai hari bersyukur dan bersenang-senang dengan ibadat puasa yang kita laksanakan satu bulan penuh.
- Begitu juga kita diperintahkan untuk bersyukur dan bersenang-senang setelah melaksanakan ibadat haji dan wukuf di arafah bagi yang haji, dan puasa hari arafah bagi yang tidak haji , dengan adanya Idul Adha.
Pelajaran Kelima :
Nikmat
Allah yang berupa kemampuan melaksanakan ibadat, harus kita syukuri
dengan ibadat lain, seperti nikmat ibadat puasa kita syukuri dengan
memberikan zakat fitri kepada orang-orang fakir miskin.
Sedang nikmat ibadat haji, wukuf di Arafah dan puasa hari Arafah, kita
syukuri dengan menyembelih kurban dan kita bagikan kepada fakir miskin
juga.
Pelajaran Keenam :
Nikmat-nikmat Islam yang harus kita syukuri selain ibadat haji dan puasa pada bulan Ramadlan, adalah :
- Nikmat sholat dan Sedekah, dengan melaksanakan kedua ibadat itu dengan baik, maka hati akan terasa enak , nyaman dan tenang. Kita menjalani hidup ini tanpa mudah dan ringan, karena kita merasa dekat dengan Allah.
- Nikmat pernikahan, kita bersyukur kepada Allah karena diberi kemampuan untuk melaksanakan sunah Rosulullah saw, dan dijauhkan dari maksiat yaitu pacaran dan perzinaan. Selain itu Allah akan memberikan ketenangan, kasih sayang dan rahmat dalam hidup, bagi mereka yang memegang ajaran Islam di dalam kehdupan keluarga.
- Nikmat anak, dengan anak berarti Allah telah memberikan kepada kita kesempatan untuk melaksankan ibadat lain, yaitu dengan mendidiknya , merawatnya, sehingga menjadi anak sholeh yang taat kepada Allah dan orang tuanya. Dan ini merupakan kesenangan dan kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dirasakan, kecuali mereka yang mempunyai anak sholeh.
Pelajaran Ketujuh :
Nikmat
ketaatan sebagaimana yang disebut di atas jauh lebih enak dan berharga,
jika dibanding dengan kenikmatan dunia, yang berupa harta yang
melimpah, jabatan yang tinggi, ketenaran dan sejenisnya.
Pelajaran Kedelapan :
Oleh
karenanya, sebagai seorang muslim, tidak seharusnya minder, ciut, putus
asa, atau merasa rendah jika dia tidak mendapatkan nikmat dunia,
sebagaimana yang didapatkan orang lain.
Pelajaran Kesembilan :
Allah berfirman : “Katakanlah:
“Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.” ( QS Yunus : 58 )
Ayat
di atas menganjurkan kita untuk bergembira dengan nikmat Allah, yaitu
nikmat bisa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Nikmat tersebut jauh lebih baik apa yang manusia
kumpulkan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia selalu mengejar harta
dan tahta, serta wanita, itulah nikmat dunia.
Pelajaran Kesepuluh :
Sebagai
bangsa Indonesia, seharusnya kita juga mengingat nikmat Allah yang
diberikan nenek moyang kita, yang berupa kemerdekaan dari penjajahan
Belanda dan Jepang. Nikmat itu harus kita syukuri dengan menegakkan
ajaran-ajaran Islam di bumi Indonesia. Bersyukur dengan melaksanakan
ajaran- ajaran Islam baik pada tataran pribadi, keluarga, masyarakat dan
negara, berarti juga menjaga nikmat Allah yang berupa kemerdekaan dan
kekayaan alam yang melimpah. Makanya, Allah berfirman pada terusan ayat
tersebut : “dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu. “ Jika
ayat tersebut kita terapkan pada bangsa Indonesia,maka artinya adalah
wahai bangsa Indonesia jika kalian memenuhi janji-Ku untuk menegakkan
ajaran-ajaran Islam di bumi pertiwi ini, niscaya Aku ( Allah ) akan
memenuhi janji-Ku kepada kalian,yaitu menjadikan negara kalian negara
yang makmur, sentausa, kaya, kuat dan berwibawa.
Ahmad Zain An Najah, Kairo, pagi hari sebelum sholat Jum’at 16 Maret 2007.
Mensyukuri nikmat Allah
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hak-Ku”. (QS. Fushshilat, 50).
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan : “ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya”.
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan : “ini adalah dari diriku sendiri”.
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“(Qarun) berkata : sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al Qashash, 78).
Qotadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Maksudnya : karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha”.
Ahli tafsir lainnya mengatakan : “Karena Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid : “aku diberi harta kekayaan ini atas kemulianku”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu : penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab : “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “onta atau sapi”, maka diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun didoakan : “Semoga Allah memberikan berkahNya kepadamu dengan onta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya :“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab :“Rambut yang indah, dan apa yang menjijikan dikepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang kamu senangi ?”. ia menjawab : “sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan : “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab : "Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembangbiaklah onta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berikutnya :
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya : “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab : “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya : “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan ?”, dia malah menjawab : “Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya :“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata : ...
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hak-Ku”. (QS. Fushshilat, 50).
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan : “ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya”.
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan : “ini adalah dari diriku sendiri”.
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“(Qarun) berkata : sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al Qashash, 78).
Qotadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Maksudnya : karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha”.
Ahli tafsir lainnya mengatakan : “Karena Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid : “aku diberi harta kekayaan ini atas kemulianku”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu : penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab : “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “onta atau sapi”, maka diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun didoakan : “Semoga Allah memberikan berkahNya kepadamu dengan onta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya :“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab :“Rambut yang indah, dan apa yang menjijikan dikepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang kamu senangi ?”. ia menjawab : “sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan : “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab : "Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembangbiaklah onta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berikutnya :
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya : “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab : “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya : “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan ?”, dia malah menjawab : “Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya :“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata : ...
Kandungan bab ini :
1.Penjelasan tentang ayat di atas ([1]).
2.Pengertian firman Allah : “… Pastilah ia berkata : ini adalah hakku”.
3.Pengertian firman Allah : “Sesungguhnya aku diberi kekayaan ini tiada lain karena ilmu yang ada padaku”.
4.Kisah menarik, sebagaimana yang terkandung dalam hadits ini, memuat pelajaran-pelajaran yang berharga dalam kehidupan ini.
footnote :
([1]) Ayat di atas menunjukkan kewajiban mensyukuri ni’mat Allah dan mengakui bahwa ni’mat tersebut semata mata berasal dari Allah, dan menunjukkan pula bahwa kata kata seseorang terhadap ni’mat Allah yang dikaruniakan kepadanya : “Ini adalah hak yang patut kuterima, karena usahaku” adalah dilarang dan tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid.
Dalil Bersyukur
Mei 7, 2009 — nurdiyon
“Jika kamu menghitung-menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
akan dapat menentukan jumlahnya (menghitungnya). Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” QS. An Nahl : 18.
“Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. An Nahl : 83.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah ia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah), lagi yang mensyukuri
nikmat-nikmat Allah. Allah telah memeilihnya dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus.” QS. An Nahl : 120-121.
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik” kepada dua orang
ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kamu akan
kembali.” QS. Luqman : 14.
“Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak
membutuhkanmu dan Dia tidak meridhoi kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika
kamu bersyukur, Dia meridhoi kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa
tidak memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Robb-mulah kembalimu lalu
Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sungguh Dia Maha
Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada(mu).” QS. Az Zumar : 7.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik
yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada-Nyalah kamu menyembah.” QS. Al Baqarah : 172.
“Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” QS. Al Isra’ : 3.
“Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” QS. Al Isra’ : 3.
“Ya Robb-ku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku,
dan untuk mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridhoi. Dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh.” QS.
An Naml : 19.
“…Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersykur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba : 13.
“…Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?.” QS. Al An’am : 53.
“Kami akan memberikan balasan kepa orang-orang yang bersyukur.” QS. Ali Imron : 145.
“…Sesungguhnya jika kamu bersykur niscaya Aku akan menambah nikmat
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim : 7.
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersykur dan beriman? Dan
Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” QS. An Nisa : 147.
“…Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS.
Al Baqarah : 152.
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih (bersyukur) kepada Rabb-nya.” QS. Al ‘Aadiyat : 6.
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya kami menyediakan bagi
orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” QS.
Al Insaan : 3-4.
“Dan barangsiapa yang bersykur kepada Allah, maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpui.” QS. Luqman : 12.
“Dan keridhoan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.” QS. At Taubah : 72.
“Kemudian aku (iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari muka dan
dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan dari mereka yang bersyukur.” QS. Al A’raf : 17.
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda kekuasaan Allah ditempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang
dianugerahkan Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Negerimu adalah
negeri yang baik dan Rabb-mu adalah Rabb yang Maha Pengampun.” “Tetapi
mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang sangat
besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua buah kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsi dan sedikit dari
buah Sidr. Demikianlah kami memberikan balasan kepada mereka karena
kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu),
melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” QS. Saba’ :
15-17.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya
kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah
menghilangkan kemudharatan itu dari kamu, tiba-tiba sebagian dari kamu
mempersekutukan Rabb-nya dengan (yang lain)” QS. An Nahl : 53-54.
“Dan terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” QS. Ad Dhuha : 11.
“…Dan Allah menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin…” QS. Luqman : 20.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” QS. Ar Ruum : 41.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami
mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah
menjadi saksi.” QS. An Nisa : 79.
“…Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada
yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” QS. Al Ankabut : 67.
“Kecelakaan bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya.” QS. Al Humazah 1-3.
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta).” QS. Al Ma’arij : 24-25.
Cara Mensyukuri Nikmat Allah Terkandung dalam Surat Al-Kautsar
Apakah
manusia dapat mensyukuri nikmat-nikmat Allah? Cara apa yang paling
tepat untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt? Surat al-Kautsar telah
menyediakan solusi paling tepat untuk manusia dalam hal ini.
Nikmat dan berkah Allah Swt yang tercurahkan dalam hidup, akan membuat
manusia yang adil dan berakal untuk merenungkan bagaimana carnya
mensyukuri nikmat-nikmat itu secara proporsional.
Allah Swt dalam surat al-Kautsar berfirman:
«إِنَّا أَعْطَیْناکَ الْکَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّک...»؛
"Telah kami berikan kepada kalian kautsar (kebaikan dan berkah yang melimpah) maka shalatlah untuk Tuhanmu…"
Tugas yang dibebankan Allah Swt kepada manusia di hadapan seluruh
nikmat-Nya adalah pensyukuran. Akan tetapi poin penting yang harus
diperhatikan adalah antara nikmat dan syukur itu harus ada keseimbangan.
Artinya, jika nikmat semakin besar maka syukurnya juga harus semakin
bertambah. Dalam surat al-Kautsar, Allah Swt menyinggung
nikmat-nikmat-Nya untuk Rasulullah Saw.
Kautsar adalah
kata sifat untuk sesuatu yang melimpah dan artinya adalah kebaikan dan
berkah yang melimpah. Nikmat yang melimpah ini tentu memerlukana syukur
yang sangat besar juga. Oleh karena itu, Allah Swt menetapkan dua tugas
di pundak Rasulullah Saw. Yaitu:
«فصل لربک و انحر»
"Shalatlah dan berkobanlah untuk Tuhanmu."
Tugas pertama dalam mensyukuri nikmat Allah Swt adalah shalat karena
shalat adalah ibadan paling komprehensif dan sempurna. Harus ditekankan
pula bahwa shalat itu harus dengan niat pendekatan diri keapda Allah Swt
dan ditunaikan penuh keikhlasan. (IRIB Indonesia/MZ)
5
KEUTAMAAN ORANG YANG BERSYUKUR
oleh Hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pada 26 April 2011 jam 22:09
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
جاء الفقراء إلى النبي فقالوا: يا رسول
الله، ذهب أهل الدثور من الأموال بالدرجارت العلا والنعيم المقيم، يصلون
كما نصلي، ويصومون كما نصوم، ولهم فضل من أموال يحجون بها ويعتمرون
ويجاهدون ويتصدقون، وليست لنا أموال…وفي رواية مسلم: فقال رسول الله في
آخر الحديث: “ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء” (متفق عليه).
“Orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pernah datang menemui beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang (kaya) yang memiliki harta yang berlimpah bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi (di sisi Allah Ta’ala)
dan kenikmatan yang abadi (di surga), karena mereka melaksanakan
shalat seperti kami melaksanakan shalat dan mereka juga berpuasa
seperti kami berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka
gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad dan sedekah,
sedangkan kami tidak memiliki harta…“.
Dalam riwayat Imam Muslim, di akhir hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah kerunia (dari) Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya“1.
—
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang kaya yang memanfaatkan kekayaannya untuk meraih takwa kepada Allah Ta’ala, dengan menginfakkan hartanya di jalan yang diridhai-Nya.
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata,
“Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) lebih utamanya
orang kaya yang menunaikan hak-hak (Allah Ta’ala) pada (harta)
kekayaannya dibandingkan orang miskin, karena berinfak di jalan Allah
(seperti yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan
oleh orang kaya”2
.
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Mensyukuri nikmat harta yang Allah Ta’ala berikan kepada kita adalah dengan mengakui dan meyakini dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah Ta’ala semata, menyebut-nyebut dan menampakkan nikmat tersebut secara lahir, serta menggunakannya di jalan yang diridhai-Nya 3.
- Allah Ta’ala memuji orang-orang yang memiliki harta tapi tidak membuat mereka lalai dari mengingat Allah Ta’aladan beribadah kepada-Nya, dalam firman-Nya,
{رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا
بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ
يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ}
“Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut
pada hari (pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang” (QS an-Nuur:37).
Imam Ibnu Katsir berkata, “Mereka adalah
orang-orang yang tidak disibukkan/dilalaikan oleh harta benda dan
perhiasan dunia, serta kesenangan berjual-beli (berbisnis) dan meraih
keuntungan (besar) dari mengingat (beribadah) kepada Rabb mereka (Allah Ta’ala)
Yang Maha Menciptakan dan Melimpahkan rezki kepada mereka, dan mereka
adalah orang-orang yang mengetahui (meyakini) bahwa (balasan kebaikan)
di sisi Allah Ta’ala adalah lebih baik dan lebih utama
daripada harta benda yang ada di tangan mereka, karena apa yang ada di
tangan mereka akan habis/musnah sedangkan balasan di sisi Allah adalah
kekal abadi” 4.
- Imam al-Qurthubi berkata, “Dianjurkan
bagi seorang pedagang (pengusaha) untuk tidak disibukkan/dilalaikan
dengan perniagaan (usaha)nya dari menunaikan kewajiban-kewajibannya,
maka ketika tiba waktu shalat fardhu hendaknya dia (segera)
meninggalkan perniagaannya (untuk menunaikan shalat), agar dia termasuk
ke dalam golongan orang-orang (yang dipuji Allah Ta’ala) dalam ayat (di atas) ini” 5.
- Imam Ibnu Muflih al-Maqdisi berkata,
“Dunia (harta) tidaklah dilarang (dicela) pada zatnya, tapi karena
(dikhawatirkan) harta itu menghalangi (manusia) untuk mencapai (ridha)
Allah Ta’ala, sebagaimana kemiskinan tidaklah dituntut
(dipuji) pada zatnya, tapi karena kemiskinan itu (umumnya) tidak
menghalangi dan menyibukkan (manusia) dari (beribadah kepada) Allah.
Barapa banyak orang kaya yang kekayaannya tidak menyibukkannya dari
(beribadah kepada) Allah Ta’ala, seperti Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, demikian pula (sahabat Nabi Ta’ala) ‘Utsman (bin ‘Affan)radhiyallahu ‘anhu dan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu.
Dan berapa banyak orang miskin yang kemiskinannya (justru)
melalaikannya dari beribadah kepada Allah dan memalingkannya dari
kecintaan serta kedekatan kepada-Nya…” 6.
- Penting untuk diingatkan di sini bahwa
mencintai harta dan kedudukan dunia secara berlebihan merupakan fitnah
yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam jurang kebinasaan,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ»
“Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta”.
Maksudnya: menyibukkan diri dengan harta
secara berlebihan adalah fitnah (yang merusak agama seseorang) karena
harta dapat melalaikan pikiran manusia dari melaksanakan ketaatan
kepada Allah Ta’ala dan membuatnya lupa kepada akhirat, sebagaimana firman-Nya:
{إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ}
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu merupakan fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS at-Tagaabun:15)7.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 28 Muharram 1432 H
Daftar pustaka
Www.syahadat.com
Www.muslim.or.id
Matsna, Moh.2005.Qur’an Hadits Kelas 2.Semarang:PT KARYA TOHA PUTRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar